Profil

Jumat, 12 Oktober 2018

makalah resep


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Pengertian obat secara umum, Obat adalah semua bahan tunggal / campuran yang di pergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakandalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,  luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menkes RI NO. 90/Kab/B. VII/1971).
Berdasarkan defenisinya, fungsi obat adalah :
-          Bahan yang digunakan untuk diagnosa
-          Bahan yang digunakan untuk pencegahan
-          Bahan yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit
-          Bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
-          Bahan yang digunakan untuk menyembuhkan gangguan fungsi tubuh
-          Bahan yang digunakan untuk memperelok badan atau bagian badan (kosmetika)

Bentuk-bentuk sediaan dari obat yaitu tablet, suspensi, kapsul, emulsi, pil, sirup, serbuk, kelarutan, salep, obet tetes, krim, gel, dan lain masih banyak bentuk sediaan lainnya.
Bentuk sediaan obat dapat berfungasi sebagai :
-          Melindungi obat dari kerusakan akibat udara
-          Melindungi obat dari kerusakan akibat asam lambung
-          Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi
-          Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat dan aman
-          Menghilangkan atau menutupi rasa pahit atau rasa tak enak dari obatnya
-          Membuat serbuk yang tak larut atau tak stabil dalam larutan dibuat suspensi
 
Obat ada beberapa macam, misalnya saja obat paten, obat generic dan obat generic berlogo (OGB). Sedangkan menurut cara penyiapannya ada obat yang jadi dan ada obat racikan. Menurut legalitasnya obat ada obat yang terdaftar dan ada obat yang palsu. Cara memperoleh obat dengan tanpa resep dokter, dengan resep dokter dan dengan apoteker (DOWA).

Obat mempunyai khasiat yang bermacam-macam, yaitu : obat analgesic-anti piretik,obat anti diare, obat anti hipertensi, obat anti cacing, obat anti malaria, obat anti TBC (OAD), obat anti amoeba, obat anti anemia, dan masih banyak khasiat lainnya.

2.    Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah tentang sediaan obat berupa kapsul ini adalah '.
a.       Mengetahui sediaan obat dalam bentuk sediaan kapsul
b.      Mengetahui kauntungan dan kerugian dari pemakaian obat dengan bentuk sediaan kapsul



BAB II
PEMBAHASAN
1.    TABLET
a.    Pengertian: Menurut FI III, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
b.    Penggolongan tablet:Berdasarkan Metode Pembuatan Tablet cetak, dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.
c.    Tablet kempa, dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
d.   Tablet triturate, merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
e.    Tablet hipodemik, adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodemik.
f.     Tablet sublingual, digunakan dengan caara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin.
g.    Tablet bukal, digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara gigi dan gusi, sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukosa mulut.
h.    Tablet efervesen, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
i.                Tablet kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, khususnya diformulasikan untuk anak-anak, obat antasida, multivitamin, dan antibiotic tertentu.

Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh
·       Bekerja lokal, misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.
·       Bekerja sistemik, dapat dibedakan menjadi:
a.     Yang bekerja short-acting (jangka pendek); dalam satu hari memerllukan beberapa kali meminum tablet.
b.     Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Tablet jangka panjang dapat dibedakan lagi menjadi:
-        Delayed action tablet (DAT), dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya dengan menggelompokkan granul-granul zat berkhasiat, dan setiap kelompok disalut dengan penyalut yang berbeda-beda waktu hancurnya, lalu dicampurkan dan baru dicetak.
-        Repeat action tablet (RAT), granul-granul yang paling lama pecahnya dibuat menjadi tablet inti, lalu granul-granul yang kurang lama pecahnya dibuat lagi disekelilingnya menjadi susunan tablet baru.

Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
·       Tablet salut biasa/ salut gula (dragee), disalut oleh gula dari suspense air yang mengandung serbuk tidak larut.
·       Tablet salut selaput (film-coated tablet, fct), disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.
·       Tablet salut kempa, adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok.
·       Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
·       Tablet lepas lambat (sustained-release tablet), atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

Berdasarkan Cara Pemakaian
·       Tablet biasa/tablet telan, dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung
·       Tablet isap (lozenges, trochisi, pastilles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet hancur atau melarut perlahan .
·       Tablet implant (pelet), tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali, zat berkhasiat akan dilepas secara perlahan-lahan.
·       Tablet kunyah (chewable tablet)
·       Tablet larut (effervescent tablet)
·       Tablet bukal (buccal tablet)
·       Tablet sublingual
·       Tablet vagina (ovula)
·       Tablet hipodermik (hypodermic tablet)

Keuntungan sediaan tablet:
-        Lebih stabil
-        Dapat disimpan dalam waktu yang lama, asalkan tidak disimpan ditempat lembab dan basah
-        Dapat dibuat seperti permen
Kerugian sediaan tablet:
-        Rasa pahit tidak sempurna tertutupi
-        Pada tablet salut gula, penyalutan memerlukan waktu yang lama dan perlu penyalut yang tahan air, serta dapat memperbesar bobot tablet.
-        Proses pembuatan yang cukup panjang dan sulit.

Ada pun macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet, diantaranya:
1.     Binding, kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan
2.     Sticking/picking, perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang, atau massa basah
3.     Whiskering, terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan zat aktif pada tekanan tinggi, akibatnya pada penyimpanan dalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk
4.     Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah
5.     Capping, membelahnya tablet di bagian atas
6.     Mottling, terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet
7.     Crumbling, tablet menjadi retak dan rapuh.

Evaluasi sediaan tablet jadi meliputi :
1. Uji Keseragaman
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari beberapa metode, yaitu
keseragaman bobot atau keseragaman kandungan, keseragaman ukuran tablet. Persyaratan ini
digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat
aktif (Depkes RI, 1995).
Keseragaman ukuran tablet, syaratnya adalah diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan
padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan,
yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir
dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut:
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh
lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih
besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20
tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Bobot rata – rata
Penyimpanan bobot rata – rata
dalam %
A B
≤ 25 mg 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
> 300 mg 5% 10%
(Depkes RI, 1979).
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari
30 satuan. Sedangkan, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam
masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau
dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket
dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga
115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0%
hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan
tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).

2. Waktu Hancur
Suatu sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi maka tablet tersebut harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi dalam bentuk molekular. Tahap pertama untuk tablet agar dapat terdisolusi segera adalah tablet harus hancur (Sulaiman, 2007).
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
serbuk/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah
alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai
6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan
ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik serbuk,
kekerasan, porositas tablet, dan daya serap serbuk. Penambahan tekanan pada waktu penabletan
menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya
kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak
> 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup
dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C. Waktu hancur
dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet
tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang
dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit
dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).

3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan
ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan
diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per
menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.
Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada
tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya
kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam
tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran
friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian
harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan (Andayana, 2009).
4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter
tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter
yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer
tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang
lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada
umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak
mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan
tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas
yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi
dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi.
Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan
waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji
kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang
kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet
lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm
2
(Nugrahani, 2005).


A.                 KAPSUL
Kapsul(FI,III) adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsulKeras dan lunak , Kapsul (FI,IV) adalah sediaan Padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut .
Cangkang dibuat dari :
1.                  Gelatin
2.                  Pati
3.                  Bahan Lain yang cocok (FI,Ed,IV)
 Kapsul memiliki nama lain :
1.                  Hard Capsule atau Kapsul Keras
2.                  Hard Gelatine Capsule atau Kapsul Lunak
Adapun pemerian dari kapsul adalah sedian bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau sediaan padat dengan atau tampa bahan tambahan dan terbungkus cangkang kapsul yang keras terbuat dari gelatin .
Kapsul Berbentuk selindris dengan ukuran kapsul  bermacam – macam mulai yang terbesar 000(Untuk Hewan),00,0,1,2,3,4,dan 5.Dalam pengobatan lazim digunakan adalah 0,1,2,3 dan 4 . Kapasitas Kapsul kira – kira antara 30 mg – 600 mg dan tergantung berat jenis serbuknya.
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
·                     Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
·                     Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
·                     Lebih enak dipandang
·                     Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
·                     Mudah ditelan.
A.      FUNGSI DIBUAT SEDIAAN FARMASI
Keuntungan Sediaan Kapsul 
*                  Kombinasi bahan obat bervariasi sesuai kebutuhan pasien
*                  Dosis lebih tepat sesuai keadaan pasien
*                  Lebih stabil dibanding bentuk sediaan cair
*                  Ukuran partikel kecil sehingga disolusi dalam cairan tubuh lebih cepat dibanding kapsul, pil dan tablet

Kerugian Sediaan Kapsul
*                  Kurang baik untuk bahan obat yang tak tahan lembab, kontak dengan udara
*                  Obat yang pahit akan menyebabkan muntah, korosif yang sulit diatasi
*                  Perlu waktu peracikan relative lama

Syarat/ Karakteristik Sediaan Kapsul
§     Homogen : setiap bagian campuran kapsul harus mengandung bahan yang sama dalam perbandingan yang sama pula.
§     Kering : tidak boleh menggumpal atau mengandung air karena mengandung bahan yang higroskopis, efloresen, deliquesen ataupun campuran eutektik.
§     Derajat kehalusan tertentu
§     Bila ukuran partikel kapsul sangat halus, maka :
§     Kapsul lebih homogen
§     Disolusi makin cepat sehingga kadar obat dalam darah yang tinggi cepat dicapai

Dengan permukaan  yang luas akan memberi daya adsorpsi yang besar. Hal ini penting untuk kapsul antasida, anti diare dan antidotum


B.     PEMBAGIAN KAPSUL
Berdasarkan konsistensi cangkang kapsul
1.      Keras, terdiri 2 bagian, kalo ditekan gak keras.
Cara buat: bisa diisi secara manual dan biasanya cangkang kapsul dpt dbeli/ tdk dibuat sendiri. Kapsul ini lbh stabil cz diproduksi dg tujuan single use.
Berbahaya bila memasukkan obat dr bahan alam scr keseluruhan dg ampasnya, sebaiknya diekstraksi dulu.
2.    Lunak, terdiri 1 bagian, lbh kenyal, lunak. Pembuatan kapsul ini lebih sulit dibandingkan kapsul keras cz pembuatannya hrs sekaligus. Digunakan utk anak yg gak suka minum obat, misal vit.A, vit.E, minyak ikan. Stabilitas kapsul lunak lebih jelek daripada kapsul keras cz kapsul lunak berbentuk cair.

Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil.
Ukuran kapsul      : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk hewan         : 10 11 12
Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE ) yang memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu bagi kita untuk mampu memilih ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul yang terkecil yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal ini penting dalam rangka mempersiapkan resep dokter di apotik.

 Kriteria bahan aktif yg bisa diformulasikan utk :
Kapsul Keras Kapsul Lunak
·                     Bentuknya kering, semisolid -> isinya serbuk, granul, butiran, tablet .
·                     Dpt diisi ddg bhn cair pi penutupan cangkang hrs tepat.
·                     Stabil thdp pemanasan/pengeringan
·                     Homogen
·                     Inert terhadap cangkang
·                      Zat aktif tidak mudah teroksidasi
·                     Bentuknya harus cair.
·                     Berupa minyak-minyak (lipofil).
·                     Zat aktif mudah teroksidasi

Kelebihan dan kekurangan kapsul keras dan lunak
§  Parameter Kapsul Keras Kapsul Lunak
§  Kelebihan
§  Isi lebih fleksibel
§  Lebih mudah dlm pembuatan
§  Lebih stabil
§  Cangkang dapat diberi identitas
§  Material yg dimasukkan lbh banyak - Dari segi bentuk, lebih menarik
§  Dalam pemakaian lebih mudah, ex. Suppositoria
§  Penggunaan bisa bermacam-macam
§  Cangkang dapat ditambah bahan pengharum

Kekurangan - Kurang steril
§  Dari segi bentuk monoton
§  Penggunaan sempit
§  Kestabilan jelek cz dalamnya cair
§   Proses pabrikasi relatif lebih mahal
§  Butuh profesionalisme yg lebih tinggi

Kontrol kualitas yg perlu dilakukan supaya kapsul memenuhi kualitas yg baik yaitu :
§  Cangkang harus inert (gak bereaksi dg isinya)
§   Kelembaban dari cangkang
§  Homogenitas (obat masih di luar, sebelum dimasukkan cangkang)
§  Keseragaman bobot (obat yg sudah dimasukkan ke dalam cangkang)
§   Keseragaman zat aktif
§  Elastisitas cangkang, misalnya pada kapsul lunak. Kapsul tersebut begitu keluar dr rol berupa pita. Dari pita itu yg diukur adl ketebalan pita.
§  Warna kapsul lunakàh. Rasa, tekstur  diabsorbsiài. Dissolusi (terlepas zatnya). Maksudnya terlepas obatnya   peredaran darahàtubuh .

Bahan dasar cangkang kapsul :
a.       Gelatin : babi -> tulang (lbh elastis) & kulit; sapi (biasanya ditambah pelunak)
b. non gelatin -> selulosa atau bahan alam lain

Pengujian Sediaan Kapsul
Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979).
Persyaratan :
Bobot rata-rata isi kapsul
Perbedaan bobot isis kapsul dalam %
A
B
120 mg atau lebih
± 10%
± 20%
Lebih dari 120 mg
±7,5%
± 15%

2. Disolusi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1979).
3. Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada label (Agoes, 2008).

C. PIL
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat sepeti kaleng mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antar 100 mg sampai 500 mg.
Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granul dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli. Boli biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan lain-lain. Bila tidak disebut lain granul mengandung bahan obat berkhasiat 1 mg.
2.2. SYARAT SEDIAAN PIL YANG BAIK
· Homogen (ukuran, bentuk, warna, dosis)
· Mempunyai kekenyalan, daya rekat dan kekerasan tertentu
· Mempunyai waktu hancur tertentu
Dalam FI III disyaratkan waktu hancur pil:
· Tidak boleh > 15 menit untuk pil tidak bersalut
· Tidak boleh > 60 menit untuk pil bersalut gula atau selaput
· Untuk pil salut enterik: Setelah dilakukan pengujian dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam, pada pengujian selanjutnya (larutan dapar pH 6,8) waktu hancur pil tidak boleh > 60 menit
2.3. MACAM SEDIAAN PIL
· Bolus à > 300 mg
· Pil à 60 – 300 mg
· Granul à 1/3 – 1 grain
· Parvul à <>
2.4. KEUNTUNGAN SEDIAAN PIL
· Mudah digunakan/ditelan
· Menutup rasa obat yang tidak enak
· Relatif > stabil dibanding bentuk sedian serbuk dan solutio
· Sangat baik utk sedian yang penyerapannya dikehendaki lambat
2.5. KERUGIAN SEDIAAN PIL
· Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat
· Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung
· Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair dalam jumlah besar
· Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancur
· Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan pengawet)
2.6. MACAM-MACAM ZAT YANG PERLU DITAMBAHKAN
· Bahan tambahan :
o Pengisi: Berfungsi memperbesar masa pil. Dipilih Radix Liquiritiae pada pil-pil yang jumlah zatnya sedikit, dimana banyaknya zat pengisi dan zat pengikat dapat diambil dengan bebas, hendaknya dijaga bahwa jika ada Succus Liquir sebagai zat pengikat , banyaknya Radix sekurang kurangnya dua kali sebanyak Succus Liquiritae
Jenis :
-          radix liquiritiae
-          saccharum album
-          bolus alba
o Pengikat:
· Succus liquiritiae ( 2g / 60 pil)
· PGS (500 mg / 60 pil), utk yg voluminous : 1-1,5 g/60 pil
· Succus dan saccharum album aa (75 g/1000 pil)
· Gliserin cum tragacanth
· Adeps lanae/vaselin album qs utk Bahan Obat yg bersifat :
· Saling bereaksi dengan adanya air
· Terurai dengan air
· Oksidator
· Garam-garam timbal
o Pembasah
§ Air
§ Aqua gliserinata
§ Sirupus simplex
§ Madu
§ Adeps lanae/ vaselin album
o Penabur
Ø Talk, untuk :
§ Bahan Obat oksidator/garam PB
§ Pil putih
§ Amilum orizae
§ MgCO3
§ Radix liquiritiae pulv
o Penyalut
ª Menjaga stabilitas Bahan Obat
ª Menutup rasa dan bau Bahan Obat
ª Memperbaiki penampilan pil
ª Mencegah pecahnya pil dalam lambung
· Jenis bahan penyalut :
o Penyalut gula : saccharum album
o Penyalut selaput/film : CMC-Na, Balsamum tolutanum, PEG, Carbowax 6000, perak
o Penyalut enterik : salol, schellak, cellulose acetat phtalat
D.SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal. Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, har us dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:
1.      Suppositoria rectal       :suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.

Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).
            Contoh                        :
1. Nama Generik         : superhoid suppo
    Nama Pabrik           : PT Triman Bandung Indonesia
    Golongan                : K
    Komposisi               : Benzokain…………………………..1,0%
                                      ZnO…………………………………2%
                                    Alukol ……………………………….0,25%
Indikasi           : Sebagai Pereda nyeri wasir dalam dan luar, pelunakan feces.
            Kontra Indikasi: hipersensitif thd obat di atas
            Dosis               : 1 kali dlm semalam
            Efek samping  : dermatitis kontak

2.       Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .(Ansel, 2005).
Contoh                        :
1.      Nama Generik    : Nystatin
Nama Paten     : Nystatin
Nama Pabrik   : Pharos
Golongan                    : K
Golongan Obat           : Anti jamur
Komposisi                   : Nystatin Ovula………………… 100.000 U
Indikasi                       : Candidosis Vagina
Kontra Indikasi           : Pasien yang hypersensitive terhadap nystatin
Dosis               : Dewasa         1-2 ovula saat malam
Efek samping  : gangguan gastrointestinal(mual,muntah,diare).

Penggunaan suppositoria bertujuan :
1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni, 2005 )

Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Baik bagi pasien yang mudah muntah
3. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).

EVALUASI SUPPOSITORIA

Setelah suppositoria dibuat, dilakukan evaluasi untuk memeriksa ketetapan kualitas dari suppositoria tersebut, pemeriksaan tersebut antara lain:
1.      Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
Peralatan yang digunakan untuk uji penetapan kadar ialah peralatan volumetrik seperti: buret, gelas ukur, pipet, termometer, serta timbangan yang sesuai yang telah dikalibrasi. Penetapan kadar zat aktif dapat dilakukan dengan metode titrimetri dengan terlebih dahulu melelehkan suppositoria. Untuk hasil kadar yang diperoleh harus sama dengan yang tertera pada etiket. Apabila tidak sama atau pun sama sekali tidak mendekati maka suppositoria tersebut harus diulang.

2.      Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan Oleum cacao.
Dalam farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan sebagai rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna. Alat penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan transparan, alat pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas yang terkendali. Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar tangas. Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran panjang lebih kurang 10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan ketebalan dinding 0,2 mm sampai 0,3 mm. Metode pengerjaan ialah dengan pertama-tama menggerus suppositoria sampai halus. Mengisi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup dengan suppositoria tadi secukupnya hingga membentuk kolom didasar tabung dengan tinggi 2,5 mm hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin. Kemudian memanaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10o dibawah suhu yang diperkirakan, dan menaikkan suhu dengan kecepatan 1o sampai 0,5o per menit. Letakkan termometer sampai suhu-suhu tersebut kemudian diangkat dan menempelkan tabung kapiler untuk membasahinya dengan cairan dari tangas. Bila suhu mencapai 5o dibawah suhu temperatur yang diperkirakan, dilanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna. Metode ini dilakukan berulang dengan pengadukan tetap pada tangas. Suhu pada saat kolom suppositoria yang diamati terlepas sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai permulaan melebur, dan suhu pada saat suppositoria melebur seluruhnya didefinisikan sebagai akhir peleburan atau suhu lebur. Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31o-34oC. Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali. Untuk bahan dasar PEG maka suppositoria harus meleleh pada suhu tubuh sekitar 37oC, untuk titik lebur PEG pada keadaan normal adalah 35o-63oC. Untuk bahan dasar gelatin, tween, polietilen glikol, serta surfaktan juga harus meleleh pada suhu tubuh. Apabila terjadi penyimpangan titik lebur maka suppositoria harus diulang.
3.      Uji kerapuhan untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan.
Suppositoria hendaknya jangan terlalu lemah atau lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Suppositoria dipotong ke arah bagian yang melebar. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar. Kemudian diberikan beban seberat 20N (lebih kurang 2 kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung. Apabila terlalu keras atau pun terlalu rapuh maka suppositoria harus diulangi.
4.      Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk Oleum cacao dingin 3 menit.
Uji waktu hancur untuk suppositoria dan pesari adalah untuk menetapkan waktu hancur atau menjadi lunaknya suatu sediaan suppositoria atau pesari dalam waktu yang ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan media pada suatu kondisi percobaan yang ditetapkan. Alat yang digunakan ialah: (a) suatu batang yang transparan yang terbuat dari kaca atau plastik yang sesuai dengan tinggi 60 mm, diameter dalam 52 mm dan tebal dinding yang sesuai; (b) suatu alat logam yang terdiri atas dua cakram logam tahan karat, masing-masing cakram memiliki 39 lubang dengan diameter 4 mm dan tersebar sedemikian rupa. Diameter dari cakram hampir sama dengan diameter dalam dari tabung transparan. Cakram diletakkan terpisah pada jarak lebih kurang 30 mm dari cakram lainnya. Alat logam tersebut dilekatkan pada bagian luar tabung transparan dengan tiga alat pengait berjarak sama. Cara kerjanya ialah dengan pertama-tama meletakkan satu suppositoria pada cakram berlubang bawah dari alat logam dan memasukkan alat logam itu ke dalam tabung transparan dan mengaitkan pada tabung. Mengulangi lebih lanjut dengan dua suppositoria dengan alat logam dan tabung transparan. Menempatkan alat dalam wadah berisi paling sedikit 4 liter air. Tiga alat tersebut semua dapat ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah berisi paling sedikit 12 liter air, bersuhu antara 36o hingga 37o, dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat dan alat penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan air. Setelah tiap 10 menit, alat dibalikkan tanpa mengeluarkannya dari cairan. Suatu suppositoria dinyatakan hancur sempurna apabila : (a) terlarut sempurna atau, (b) terdispersi menjadi komponen, bagian lemak cair berkumpul pada permukaan, bagian serbuk yang tidak larut berada di dasar atau terlarut atau, (c) menjadi lunak, mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa harus terpisah menjadi komponennya dan massa tidak mempunyai inti yang memberikan rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca. Kecuali dinyatakan lain, waktu maksimal yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria tidak lebih dari 30 menit untuk suppositoria dengan dasar lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk suppositoria yang larut dalam air. Apabila waktu hancur menyimpang dari yang seharusnya maka suppositoria harus diulang.
5.      Uji homogenitas.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria harus memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Untuk keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 tablet, satu per satu, dan dihitung berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Untuk keseragaman kandungan, terpenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.




BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
:           Menurut FI III, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Kapsul(FI,III) adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsulKeras dan lunak , Kapsul (FI,IV) adalah sediaan Padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut .
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat sepeti kaleng mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antar 100 mg sampai 500 mg.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal







DAFTAR PUSTAKA
Pustaka: Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6 komentar: