Profil

Rabu, 24 Oktober 2018

Tabot dan Tahapannya


TABOT, Sejarah dan Tahapannya


Tabot telah diselenggarakan secara turun-temurun sejak abad 14. Sejarah perayaan Tabot di Bengkulu pertama kali dirayakan oleh Syeh Burhanuddin yang lebih populer sebagai Imam Senggolo tahun 1685. Pernikahan Imam Senggolo dengan wanita Bengkulu kemudian anak, cucu, dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabot. Latar belakang festival Tabot ini yaitu untuk mengingat atas kematian cucu Nabi Muhammad yaitu Husein bin Ali bin Abi Thalib, yang wafat di padang Karbala, Irak.
Beberapa masyarakat Bengkulu percaya jika tabot tidak diselenggarakan maka masyarakat Bengkulu akan terjadi bencana/musibah. Pada saat kegiatan ini berlangsung, baik wisatawan local maupun domestic tumpah ruah di sepanjang jalan untuk menyaksikan secara langsung meriahnya acara tersebut. Selain telah menjadi tradisi sejak lama, Tabot akhirnya dipandang sebagai upacara tradisional di Kota Bengkulu.
Dalam acara festival tabot tersebut akan ada banyak perlombaan seperti lomba-lomba, pasar malam/bazar, pawai, macam-macam tarian adat, dan lain-lain bertempat di Lapangan Merdeka, depan polres kota Bengkulu.
Tahapan Tabot (9 Tahapan)                    
  1. Mengambil Tanah ( 1 Muharam pkl 22:00 WIB) Tanah yang diambil pada tahapan ini haruslah berasal dari tempat keramat yang mengandung unsur-unsur magis.
  1. Duduk Penja ( 5 Muharam pkl 16:00 WIB) Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia, lengkap dengan jari-jarinya. Penja yang dianggap sebagai benda keramat yang mengandung unsur magis, harus dicuci dengan air limau setiap tahunnya.
  1. Meradai ( 6 Muharam pkl 07:00-17:00 WIB) Mengumpulkan dana yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia 10—12 tahun).
  1. Manjara ( 6-7 Muharam pkl 20:00 – 23:00 WIB) Merupakan acara berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji atau bertanding dal (alat musik sejenis beduk, yang terbuat dari kayu dengan lubang di tengahnya, serta ditutupi kulit lembu).
  1. Arak Penja ( 8 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB) Pada acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja dengan menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota Bengkulu.
  1. Arak Serban ( 9 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB) Benda yang diarak selain penja, ada juga Serban / Sorban putih diletakkan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera / panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan “Hasan dan Husein” dengan huruf kaligrafi yang indah.
  1. Gam, Gam sendiri berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Suatu waktu yang telah ditentukan dimana pada waktu tersebut semua aktifitas yang berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan termasuk menyembunyikan Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut juga masa tenang.
  1. Arak Gedang ( 9 Muharam atau malam 10 Muharam) Dengan diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing. Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot bergerak dari markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang telah ditentukan. Di jalan protokol semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.
  1. Tabot Terbuang
Tabot-tabot disandingkan yang diikuti oleh masing-masing personil kelompok tabot. Pada sekitar pukul 10.00 Wib arak-arakan Tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu untuk menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena di sana dimakamkan Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Dengan berakhirnya Tabot terbuang maka berakhirlah semua prosesi ritual upacara Tabot.
Upacara Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual. Aspek ritual hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan acara yang mengandung aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja.
Tabot yang terus berkembang dari tahun ke tahun itu lama-kelamaan sudah semakin meninggalkan arti upacara tabot itu sendiri. Tabot yang sekarang lebih ke acara festival dan Tabot sendiri dijadikan wisata budaya di Bengkulu.

6 komentar: